Kedua kalinya nge-post naskah drama dan kali ini tentang Dialog Interaktif bertema kesehatan.
DIALOG
INTERAKTIF
Pembawa acara I : “Selamat pagi
pemirsa! Jumpa lagi dengan saya Febrianti Elizabeth…”
Pembawa
Acara II : “Dan saya Andi Fahira Alsa.”
Pembawa
Acara I : “dalam acara…”
Pembawa
Acara I & II : “BUKA MATA!!!”
Pembawa
Acara I : “Kita mengetahui bahwa di dunia ini banyak orang yang menjadi
pecandu rokok bahkan ironisnya anak-anak di bawah umur pun bisa mengikuti
langkah kedua orang tuanya untuk menjadi pecandu rokok. Maka hari ini kami akan mengundang Menteri kesehatan,
Dr. Wesly Desmon Simanjuntak, SpA. Selamat
pagi, Pak.”
Pak Wesly :
“Iya. Pagi.”
Pembawa Acara I :
“Dan juga wakil dari Dirjen Departemen Kesehatan Prof. Dr. Veronika Selvia. Apa kabar
Ibu Veronika?”
Ibu Veronika :
“Baik. Saya baik.”
Pembawa Acara I :
“Oh ya. Silahkan duduk, Pak, Bu.”
Pak Wesly & Ibu Veronika : “Iya. Terima kasih.”
Pembawa acara II : “Pertama-tama
sebelum saya dan rekan
saya bertanya, kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak dan Ibu yang dapat menghadiri acara ini.”
Pak Wesly & Ibu Veronika : “Iya. Sama-sama.”
Pembawa Acara II :
“Baik, Pak, Bu. Sehubung tema dialog interaktif kita kali ini adalah Bahaya
Merokok, saya ingin bertanya. Pak Wesly, apakah
seorang pecandu rokok dapat mempercepat kematian dirinya sendiri?”
Pak Wesly : “Dalam agama pasti semua makhluk hidup semua akan
meninggal jika itu dikehendaki oleh sang pencipta. Tetapi dalam ilmu ilmiah sendiri, rokok dapat mempengaruhi kesehatan
juga dapat membunuh separuh dari masa hidup sang pecandu/perokok sendiri. Usia minimal seorang perokok biasanya
meninggal pada usia 35-69 tahun, bahkan meurut lembaga kesehatan/DepKes,
merokok dapat membunuh lebih dari lima juta orang di setiap tahunnya. Jika hal ini terus berlanjut maka
pada tahun 2020 dapat diperkirakan akan terjadi lebih dari 10 juta kematian
dengan tingkat kematian lebih dari 70% akan terjadi di negara berkembang.”
Pembawa Acara II : “Lalu khususnya di Indonesia sendiri,
apakah banyak orang yang menjadi pecandu rokok, bisa dijelaskan Bu Veronika?”
Ibu Veronika :
“Di
Indonesia sendiri, popolasi dan konsumsi rokok menempatkan Indonesia pada urutan ke-5 konsumsi tembakau
tertinggi di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang dengan perkiraan
konsumsi 220 milyar batang pada tahun 2005 dan terus meningkat hingga
sekarang.”
Pembawa Acara I : “Wah! Banyak sekali ya, Bu. Saya tidak bisa
membayangkannya. Lalu apakah akibat dari terus
menerus menjadi pecandu rokok? Mungkin Pak
Wesly bisa menjelaskannya. Silahkan, Pak.”
Pak Wesly : “Ya. Rokok dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak menular
seperti jantung, gangguan pembuluh darah, stroke, berbagai jenis kanker seperti kanker
paru-paru, kanker mulut, dan kanker
tenggorokan. Seperti yang ada pada beberapa merek bungkus rokok menampilkan perokok
yang menderita kanker-kanker tersebut.”
Ibu Veronika : “Saya juga
ingin menambahkan. Jika pecandu rokok itu adalah
seorang wanita, maka dapat menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan
insiden hamil di luar kehamilan…”
Pembawa Acara I :
“Maaf, Bu jika saya menyela. Maksud dari insiden hamil di luar kehamilan
itu apa, ya?”
Ibu Veronika :
“Misalnya, seorang pecandu rokok wanita mengalami kanker rahim, padahal dia
tidak berada pada masa mengandung.”
Pembawa Acara II :
“Ya ya. Saya mengerti. Silahkan dilanjutkan, Bu.”
Ibu Veronika :
“Selain itu, terganggunya pertumbuhan janin, fisik dan IQ yang melambat, kejang
pada kehamilan, gangguan imunitas bayi dan juga peningkatan kematian
perinatal.”
Pembawa Acara I :
“Maaf, Bu. Saya memang memiliki sedikit kosa kata ilmiah ya, Bu. Maksud dari
kematian perinatal adalah hari sebelum melahirkan ya, Bu?”
Pembawa Acara II :
“Mungkin aja, Feb. Mungkin sama kayak prewedding.
Foto-foto prewedding itu maksudnya
kan, sebelum hari menikah. Nah, kalau perinatal mungkin artinya sebelum hari
melahirkan. Iya, kan Bu?”
Pembawa Acara I :
“Hahaha. Apa benar, Bu maksudnya kayak gitu?”
Ibu Veronika :
“Pengertiannya kurang-lebih seperti yang dikatakan dek Alsa.”
Pembawa Acara I :
“Kalau menurut Pak Wesly?”
Pak Wesly :
“Saya mengiyakan saja. Karena pengertiannya memang hari sebelum melahirkan.”
Pembawa Acara II :
“Nah, Pak, Bu, saya sempat melihat adanya perubahan peringatan yang ada pada
bungkus rokok. Kalau dulu, kan, isinya ‘Peringatan: Merokok dapat menyebabkan…’
ini itu dan sebagainya. Nah sekarang menjadi ‘Merokok membunuhmu’. Apakah ada
faktor yang mengubah peringatan itu ya, Pak, Bu?”
Ibu Veronika :
“Tentu ada. Bisa dikatakan, karena sangkin banyaknya akibat buruk yang lebih
cenderung pada kematian, maka dilakukanlah perubahan peringatan tersebut.”
Pembawa Acara I : “Kami juga telah mengundang sepasang suami-istri yang merupakan
mantan pecandu rokok yang sudah
sekian lama menjadi perokok aktif. Sekarang,
sambutlah
Pak Aryo Jippanola dan Ibu Adelia
Eky Wardani.”
Pembawa Acara I : “Bapak Aryo apa kabar? Bu Adelia juga. Terima kasih
Bapak dan Ibu
dapat menghadiri acara ini.”
Pak Aryo J :
“Ya. Saya juga merasa terhormat bisa diwawancarai di studio seperti ini.
Pengalaman pertama. Hehehe.”
Pembawa Acara II :
“Pantesan ya, Pak kayaknya Bapak happy banget
kelihatannya. Udah rapi aja bawaannya ya, Pak.”
Pak Aryo J :
“Jelas sekali. Saya tidak mungkin berpenampilan buruk di depan kamera.”
Pembawa Acara I : “Baik.
Silahkan duduk, Pak, Bu. Nah, saya akan mulai bertanya. Bapak
Aryo, bagaimana
awalnya anda merokok?”
Bapak Aryo J :
“Awalnya saya mencoba rokok itu ketika saya masih bersekolah dulu. Pada saat itu saya diajak merokok
oleh teman saya awalnya hanya coba-coba saja. Pertama kali saya mencobanya, rasanya pahit dan membuat sesak nafas. Setelah itu saya terus diajak 3-4
kali sehingga
saya mulai terbiasa dan menjadi pecandu rokok sampai berumur 20 tahun. Pada saat itu, saya benar-benar menjadi orang yang
sangat tergantung pada rokok seperti halnya jika pusing/stres saya langsung
merokok dan hal itu membuat saya terkena penyakit pernapasan, pada saat itu
saya bertekad untuk berhenti merokok, lagipula merokok tidak akan membawa
berkah melainkan penyakit dan musibah, saya berpikir bahwa hidup saya masih
terus berlanjut hingga sang pencipta mencabut nyawa saya.”
Pembawa Acara II : “Bagaimana dengan Ibu Adelia. Bagaimana pertama kalinya
Ibu bisa menjadi pencandu rokok?”
Ibu Adelia :
“Dulu, kan, saya mainnya sama anak laki-laki ya yang bandel-bandel. Lalu suatu
hari, saya dan teman-teman saya terjebak hujan di lapangan selesai main bola.
Kami berteduh di pondok-pondok di dekat lapangan. Salah satu teman saya
nawarin, ‘Ini, Del. Coba aja.’ Saya awalnya emang nolak. Tapi kata mereka bisa
bikin hangat karena kebetulan saya kedinginan. Akhirnya saya coba. Awalnya memang
batuk-batuk, setelah itu teman saya kasih tahu caranya seperti ini loh, supaya
gak batuk-batuk. Sejak saat itu, saya merokok sampai SMA kelas 2 kalau tidak
salah. Saya ketahuan merokok sama Ayah saya. Ayah saya langsung marah-marah dan
saya langsung dilarang keras untuk merokok lagi. Juga bermain bareng
teman-teman laki-laki saya.”
Pembawa Acara II :
“Begitu ya, Bu. Gimana rasanya, sih, Bu. Saya jadi pengen coba, nih. Hahaha.
Tidak, lah. Saya bercanda saja. Tapi bener, Bu. Gimana, sih, rasanya?”
Ibu Adelia :
“Nikmat, memang. Tapi kalau sudah tidak merokok lama-lama jadi setres sendiri,
puyeng sendiri.”
Pembawa Acara II :
“Saya sudah langsung tidak nafsu, Bu gara-gara puyeng-puyengnya.”
Ibu Adelia :
“Memang lebih baik tidak usah. Kalau kata pepatah, kan, lebih baik menghindar
daripada mengobati.”
Pembawa Acara II :
“Iya, iya, iya.”
Pembawa Acara I :
“Baik, sudah waktunya buat para penonton studio untuk bertanya. Bagi yang ingin
bertanya, silahkan tunjuk tangan dan setelah ditunjuk, mohon beritahu nama dan
pertanyaan Anda.”
(Para penonton tunjuk tangan)
Pembawa Acara I :
“Kayaknya kita pilih yang anak murid aja ya, kali ini. Supaya mereka semakin
menghindari rokok. Ya, adik. Siapa namanya dan sebutkan pertanyaan kamu.”
Sherly Hastri :
“Terima kasih. Nama saya Sherly Hastri. Saya ingin bertanya, cara apa yang Bapak Aryo
dan Ibu Adelia jalani untuk bisa berhenti merokok? Mungkin Pak Aryo lebih tahu karena Ibu Adelia tadi
sudah bercerita kalau Beliau dilatih oleh sang Ayah.”
Pembawa Acara I :
“Silahkan, Pak.”
Pak Aryo J : “Pertanyaan
bagus. Yang paling utama itu bertekad dan
ada niat di dalam hati sama seperti halnya belajar. Jadi saya punya tekad sendiri untuk membenci rokok, bergaul dengan orang yang tidak merokok,
sesering-sering pergi ke tempat ber-AC, Pindahkan semua barang-barang yang
berhubungan dengan rokok, beritahulah orang sekitar jika kita ingin berhenti
merokok, hilangkanlah kebiasaan bengong atau menunggu, sering-seringlah periksa
kesehatan ke dokter dan yang paling penting carilah pengganti rokok seperti
permen atau makanan yang manis-manis untuk cemilan di saat waktu luang.”
Sherly Hastri :
“Terima kasih, Pak atas jawabannya. Saya juga ingin mendengar jawaban Ibu Adel
tentang cara ayahnya Ibu Adelia menghentikan kecanduan Ibu pada rokok.”
Ibu Adelia :
“Ayah saya tidak hanya melarang kerasa saya, melainkan melakukan berbagai cara
agar saya bisa berhenti merokok. Uang jajan saya dikurangi jadi hanya cukup
untuk ongkos pulang. Kalau pun saya bisa membeli rokok diam-diam, saya tetap
saja ketahuan dan rokok saya pun langsung dibuang. Saya juga disuruh
sering-sering ngaji dan didikan shubuh.”
Sherly Hastri :
“Baiklah, terima kasih, Bu atas jawabannya.”
Pembawa Acara II : “Tadi sudah ada penonton studio yang merupakan siswi
sekolah yang bertanya. Sekarang saya akan lanjutkan. Di dalam
sebuah rokok terdapat sebuah kandungan zat yang bernama nikotin, tar, dan sebagainya. Agar
lebih jelas, mari kita tanyakan kepada Pak Ibnu Safari seorang ahli laboratorium terkemuka di Indonesia.
Selamat Pagi, Pak. Terima kasih sudah hadir.”
Pembawa Acara II : “Pak Ibnu, di dalam rokok terdapat sebuah kandungan zat yang bernama
nikotin. Lalu
apa hubungannya nikotin dengan si pecandu rokok?”
Pak Ibnu : “Nikotin sangat berpengaruh sekali terhadap si pecandu
karena zat ini dapat menimbulkan efek santai dan inilah yang membuat si pecandu
sulit untuk meninggalkan rokok.”
Pembawa Acara II : “Lalu apakah asap rokok pun bisa
menjadi biang penyakit?”
Pak Ibnu : “Ya, asap rokok dapat menimbulakan penyakit bahkan bukan
orang yang menjadi pecandunya saja bahkan orang yang menghirup asap itu sendiri
pun akan ikut terkena penyakit.”
Pembawa Acara I : “Namanya perokok pasif ya, Pak.”
Pak Ibnu :
“Betul sekali.”
Pembawa Acara II :
“Baik. Tadi kita sudah memberikan kesempatan kepada penonton studio. Sekarang,
ini kesempatan bagi pentonton di rumah untuk bertanya. Silahkan menghubungi
nomor di bawah ini. Sudah ada yang menelfon rupanya. Halo… Dengan siapa dimana?”
Penelfon :
“Halo… halo… Saya Wendy Hastra dari Batam. Saya ingin bertanya kepada Pak Ibnu
Safari.Jadi, Pak, kandungan apa yang ada di dalam
asap rokok? Terima
kasih.”
Pak Ibnu : “Asap rokok mengandung 40 bahan kimia penyebab kanker dan
penyakit lainnya, ketika merokok beberapa bahan kimia akan menjelajah ke organ
vital tubuh. Asap rokok juga mengandung karbon monoksida yang jika dihirup
akan menggantikan fungsi oksigen di sel-sel darah dan mengambil zat makanan
dari jantung, otak, dan organ tubuh lainya, juga terdapat zat nikotin yang
dapat merangsang otak menjadi kecanduan. Zat kimia ini dapat merangsang tekanan
darah dan denyut jantung meningkat.”
Pembawa Acara II : “Terima kasih kepada Pak Ibnu Safari karena
bisa memberikan sedikit penjelasan tentang kandungan rokok. Sebelum acara kita kali ini ditutup, mungkin Ibu
Veronika dan Pak Wesly ingin menyampaikan sesuatu.”
Pak Wesly :
“Ya, ada sedikit dari saya. Buat para anak-anak remaja yang masih dalam waktu
rentan pengaruh lingkungan diharapkan untuk menjaga diri baik-baik, bergaul
dengan teman yang beretika dan berperilaku baik, rajin belajar, dan menuruti
nasehat orang tua. Hampir seluruh orang tua tidak mungkin menjerumuskan anaknya
ke dalam lubang bahaya apalagi kematian.”
Ibu Veronika :
“Saya juga ingin menambahkan. Untuk para pecandu rokok, berhentilah merokok.
Anda tahu bahwa merokok itu menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan.
Kalaupun susah untuk berhenti, tetap lakukan karena ini juga untuk kepentingan
Anda sendiri. Seperti halnya Ibu Adelia dan Pak Aryo yang mampu membuang
jauh-jauh kebiasaan merokok mereka. Mereka bisa, mengapa Anda tidak?”
Pembawa Acara I :
“Bagaimana dengan Ibu Adelia dan Pak Aryo? Atau mungkin Pak Ibnu ingin
menambahkan.”
Pak Ibnu :
“Jangan lupa kuatkan iman. Minta pada-Nya untuk diberi kekuatan untuk
menghindari dan berhenti merokok. Sering-sering membaca Qur’an dan sholatnya
jangan bolong, dan buat yang non-muslim rajin berdoa dan pergi beribadah.”
Pembawa Acara I :
“Bagaimana dengan Ibu dan Bapak?”
Pak Aryo :
“Tidak, semuanya sudah menjadi satu pada kalimat-kalimat narasumber yang lain.”
Ibu Adelia :
“Saya juga sama dengan yang lain.”
Pembawa Acara I : “Baik. Terimakasih kepada Bapak dan Ibu yang
dapat menghadiri acara ini dan memberikan sedikit komentar tentang bahaya rokok. Tujuan diadakannya acara ini yang juga merupakan kesimpulan dari tema kali ini
adalah untuk meningkatkan keterlibatan
tokoh masyarakat, para petugas kesehatan, para pendidik, media massa, dan generasi muda untuk
bersama-sama melindungi masyarakat dari bahaya rokok.”
Pembawa Acara II :
“Merokok hanya membawa penyakit dan musibah. Oleh karena itu, jauhilah rokok
dan berhentilah merokok. Terima kasih kepada semua penonton yang
setia mengikuti acara ini dan juga para
narasumber. Semoga acara ini bermanfaat bagi Anda juga menjadi panutan untuk
menjaga kesehatan. Saya Andi Fahira
Alsa…”
Pembawa Acara II :
“Saya Andi Fahira Alsa…”
Pembawa Acara I :
“Dan saya Febrianti Elizabeth mohon undur diri dan…”
Pembawa Acara I & II : “Sampai jumpa.”
Playtech Casinos - MapyRO
BalasHapusFind your 나주 출장마사지 nearest and best 계룡 출장샵 slots in the country by playing at some of 속초 출장안마 the world's largest casinos. Discover locations 고양 출장샵 like 서귀포 출장마사지 Pragmatic Play,